Sistem pendidikan, ditambah budaya yang berbeda membuat beberapa guru Australia peserta program Building Relations through Intercultural Dialogue and Growing Engagement(BRIDGE) terkaget-kaget begitu mendapat kesempatan mengajar beberapa minggu di Indonesia.
Meski demikian, mereka bisa cepat beradaptasi dan mengaku banyak menemukan hal menarik yang tidak mereka temui di negara mereka.
“Saya
melihat murid-murid Indonesia sangat menghormati guru mereka. Jujur,
saya kaget dengan tradisi murid-murid mencium tangan saya sebagai bentuk
penghormatan terhadap guru,” tutur Emily Sullivan, seorang pengajar
dari Our Lady of Sacred Heart College, Adelaide, di Jakarta.
Menurut
Emily, yang mengajar selama beberapa minggu di MAN 2 Jakarta, di
Australia murid-murid terbiasa menyapa guru mereka dengan cara yang
kasual. Tak heran pengalaman pertamanya mendapat cium tangan dari
murid-murid Indonesianya sangat berkesan.
Kolega Emily, Laura
Brzezinski, juga mengaku kagum dengan tradisi upacara bendera. “Anda
menghormati jasa pahlawan dengan berdiri dan memberi hormat selama
beberapa menit setiap Senin pagi, itu mengagumkan. Orang Indonesia
ternyata menghargai jasa pahlawannya,” kata dia.
Bagi Emily dan Laura yang belum pernah berkunjung ke Indonesia sebelum mengikuti program BRIDGE, pengalaman mereka meruntuhkan stereotip tentang orang Indonesia yang selama ini digembar-gemborkan media luar.
Hal
senada juga diutarakan Adam Chad, pengajar Canberra Grammar School,
yang mengaku sudah sering sekali bepergian ke Bali. Ia mengungkapkan,
media Australia selama ini menggambarkan Indonesia sebagai negara yang
masih tertinggal, kecuali untuk Bali yang pariwisatanya sudah mendunia.
“Padahal,
kalau orang Australia ingin tahu Indonesia yang sebenarnya, mereka
harusnya datang ke tempat selain Bali, ke Jawa misalnya. Banyak hal
tentang Indonesia yang tidak bisa Anda temui lewat buku atau Internet,”
ujar pria berambut pirang ini.
Adam sendiri mengaku kagum dengan
nilai keluarga yang masih sangat kuat di Indonesia. “Di Indonesia,
apapun yang terjadi pada Anda, selalu ada keluarga sebagai support
system. Sungguh sesuatu yang tidak bisa sering ditemui di Australia.”
Lain
lagi cerita Melanie Cross, pengajar Waggrakine Primary School,
Geraldton. “Murid-murid Indonesia sangat menyenangkan, mereka antusias!
Kalau sudah di depan kelas, kadang saya merasa jadi selebriti,” katanya
setengah berseloroh.
Menurutnya, anak-anak Indonesia memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi, namun tanpa mengurangi rasa hormat mereka
terhadap guru. Selain itu, kekerabatan antar mereka juga masih kuat.
“Inilah
yang menjadi pentingnya ada kemitraan yang kuat antara Indonesia dan
Australia. Saya harap semakin banyak siswa Australia yang tertarik
mempelajari Indonesia dan budayanya dengan berkunjung langsung ke
Indonesia,” harap Melanie. http://dunia.vivanews.com
508 Views
0 komentar:
Posting Komentar