Investasi triliunan rupiah yang dibangun
Manchester City di bawah rezim raja Sheikh Mansour dalam lima musim
terakhir akhirnya berbuah hasil manis.
Mendatangkan sejumlah
amunisi berlabel bintang dengan banderol selangit, termasuk mendaratkan
pelatih sukses Italia Roberto Mancini, secara perlahan namun pasti,
musim 2010/11 menjadi titik awal City unjuk taring dengan menyabet
trofi yang sudah tak pernah mereka genggam sejak 30 tahun: Piala FA,
sebelum akhirnya rindu mereka pada gelar Liga Primer Inggris -- kali
terakhir mereka sabet pada 1967/68 -- pun terbayar lunas musim lalu, di
mana si Manchester Biru mengukuhkan status sebagai kampiun negeri Ratu
Elisabeth.
City bak tersulap menjadi tim impian dunia.
Pemain-pemain seperti Carlos Tevez, Joleon Lescott, Mario Balotelli,
Edin Dzeko, David Silva, Samir Nasri, sampai Kun Aguero diborong. Tak
sedikit pihak yang lantas mencemooh mereka dengan menyebut kubu Etihad
sebagai tim instan mengingat gelar datang karena ditopang kekuatan para
pemain kelas wahid. Namun, faktanya "beli gelar" ala City ini berjalan
sukses, dan menghapus kerinduan publik Eastland akan trofi lambang
supremasi di ranah Inggris itu.
Kini situasi berbanding
terbalik dan pertanyaan pun muncul, ada apa dengan manuver laskar
Mancini yang justru pasif di lantai transfer musim ini sementara
rival-rival terdekat mereka seperti Chelsea, Manchester United dan
Liverpool sudah mempersenjatai skuat mereka masing-masing? Kontras
dengan gaya belanja gila-gilaan yang digalakkan dalam beberapa musim
terakhir. Di musim panas ini, hanya satu nama mentereng yang hadir di
lis pemain anyar mereka: eks pilar Everton Jack Rodwell. Mungkinkah
mereka mulai bijaksana dalam memandang aturan "Financial Fair Play"? Atau mulai memperhitungkan gaji para pemain mereka yang terbilang cukup menguras kantung klub?
Nyatanya
skuat Mancini saat ini memang masih terbilang komprehensif. Ada
indikasi jika sang pelatih tetap menyimpan rasa percaya diri mengarungi
2012/13 dengan materi pemain musim lalu, meski jaminan gelar juara
tidaklah 100 persen. Namun bukan Mancini namaya jika tidak punya
solusi. Dengan mengandalkan skuat yang ada, Mancini coba
memanfaatkannya dengan "bermain-main" di aspek taktik untuk mengelabui
rival-rivalnya: dari pakem favoritnya, 4-4-1-1, kini beralih ke 3-5-2.
0 komentar:
Posting Komentar