Widget edited by super-bee

Jumat, 22 Februari 2013

Inilah Musuh Pemain Timnas Indonesia Yang Sebenarnya

Inilah Musuh Pemain Timnas Indonesia Yang Sebenarnya |Kemarin kita semua menyaksikan tim Garuda Tua rontok bulu-bulunya. Bagaimana lengangnya stadion GBK menandakan betapa publik pencinta sepakbola sudah malas nonton langsung tim kesayangan mereka dipecundangi sampai empat kali. Walaupun tiket diobral tetap saja suporter males datang ke stadion.
Inilah sebenarnya musuh para pemain timnas.

  • Pengurus PSSI
Wartawan kompas Budiarto Shambazy pernah mengkritik Johar di Metro TV. Katanya dimana-mana yang namanya pelatih itu dipecat karena gagal bukan hal-hal yang lain. Tapi walaupun banyak yang mengkritik Johar Arifin cuek dan tetap mengganti Reidl yang sedang bagus-bagusnya. Minimal bagus dalam hubungan pelatih dan yang dilatih secara emosional dan kekompakkan. Dan sekarang pasukan Wim dibantai tanpa ampun di ajang PPD dan Johar masih mempertahankan si meneer ini.
Pemain tidak punya pilihan lain kecuali bermain. Mereka tidak bisa protes ketika ada pergantian pelatih, pergantian taktik dan strategi. Maka jangan heran ketika para pemain memainkan bola-bola ke belakang hanya untuk membuang-buang waktu, atau bahkan mengalah untuk menghindari bertemu tim tertentu di final atau semifinal. Semua itu sudah digariskan pelatih yang dipilih oleh pengurus PSSI. Jadi pengurus PSSI adalah musuh pemain timnas yang paling nyata.
  • Media
Media punya peran besar membuat seorang pemain itu hebat di awang-awang karena laporannya yang lebay. Ingat Kurniawan Dwi Julianto? Sebenarnya dia pemain biasa saja. Kalau dia bisa mencetak gol ya karena posisi dia adalah striker. Tapi media memberitakannya secara berlebihan. Bahkan di sebuah tabloid olahraga ada kisah Kurniawan yang ditulis secara berseri dari dia kecil sampai bisa bermain di luar negeri. Dia bisa bermain di luar negeri karena kebetulan ada “big boss” yang punya modal banyak dan “menitipkannya” di klub Samdoria, bukan karena kehebatan dia semata.
Sekarang mediapun, terutama televisi, berusaha memberitakan pemain-pemain timnas secara berlebihan. Diundang acara talk show, dibuatkan sinetron perjalanan hidupnya dan lain-lain. Markus Harison dan Christian Gonzales adalah dua pemain yang sering muncul di talk show dan acara infotainment. Sekarang Markus sudah tidak dipakai lagi di timnas, coba siapa yang peduli?  So, mari kita kawal pemain timnas dari media yang “meracuni”.
  • Dunia periklanan
Ini adalah musuh ketika seorang pemain sudah mulai banyak disebut publik. Produk sosis anu yang paling cepat dan sering memakai pemain timnas untuk mempromosikan produk mereka. Mungkin sebentar lagi Wanggai dan Tibo sudah muncul di TV sambil makan sosis tersebut. Korban nyata dari ‘kejamnya’ dunia periklanan adalah Irfan Bachdim. Ia sering muncul di TV mempromosikan produk minuman dan sepeda motor. Mungkin karena tampangnya yang baby face dia lebih disukai oleh advertising agent untuk menjadi aktor iklan. Nah, karena keenakan shooting iklan produk tertentu dia dicoret dari timnas junior. Padahal publik masih ingin melihat dia menggoreng bola. Yah, itu konsekuensi yang harus dia ambil. Tapi sangat disayangkan pemain yang punya talenta bagus dan diharap publik fokus di bola sekarang harus jadi penonton.
  • Production House
Rumah produksi terutama milik keluarga punjabi paling getol memakai orang  yang menjadi pembicaraan umum untuk dijadikan aktor bintang tamu. Tak peduli apakah dia bisa berakting atau tidak. Gonzales yang sama sekali tidak bisa berakting sering muncul di sinetron Islam KTP. Aneh, cerita gak nyambung dipaksakan hanya karena dia itu sedang dielu-elukan ketika itu. Jadi jauhkan para pemain timnas junior dari Punjabi cs.

0 komentar:

Posting Komentar