Inilah Musuh Pemain Timnas Indonesia Yang Sebenarnya
|Kemarin kita semua menyaksikan tim Garuda Tua rontok bulu-bulunya.
Bagaimana lengangnya stadion GBK menandakan betapa publik pencinta
sepakbola sudah malas nonton langsung tim kesayangan mereka dipecundangi
sampai empat kali. Walaupun tiket diobral tetap saja suporter males
datang ke stadion.
Inilah sebenarnya musuh para pemain timnas.
Wartawan
kompas Budiarto Shambazy pernah mengkritik Johar di Metro TV. Katanya
dimana-mana yang namanya pelatih itu dipecat karena gagal bukan hal-hal
yang lain. Tapi walaupun banyak yang mengkritik Johar Arifin cuek dan
tetap mengganti Reidl yang sedang bagus-bagusnya. Minimal bagus dalam
hubungan pelatih dan yang dilatih secara emosional dan kekompakkan. Dan
sekarang pasukan Wim dibantai tanpa ampun di ajang PPD dan Johar masih
mempertahankan si meneer ini.
Pemain tidak punya pilihan lain
kecuali bermain. Mereka tidak bisa protes ketika ada pergantian pelatih,
pergantian taktik dan strategi. Maka jangan heran ketika para pemain
memainkan bola-bola ke belakang hanya untuk membuang-buang waktu, atau
bahkan mengalah untuk menghindari bertemu tim tertentu di final atau
semifinal. Semua itu sudah digariskan pelatih yang dipilih oleh pengurus
PSSI. Jadi pengurus PSSI adalah musuh pemain timnas yang paling nyata.
Media
punya peran besar membuat seorang pemain itu hebat di awang-awang
karena laporannya yang lebay. Ingat Kurniawan Dwi Julianto? Sebenarnya
dia pemain biasa saja. Kalau dia bisa mencetak gol ya karena posisi dia
adalah striker. Tapi media memberitakannya secara berlebihan. Bahkan di
sebuah tabloid olahraga ada kisah Kurniawan yang ditulis secara berseri
dari dia kecil sampai bisa bermain di luar negeri. Dia bisa bermain di
luar negeri karena kebetulan ada “big boss” yang punya modal banyak dan
“menitipkannya” di klub Samdoria, bukan karena kehebatan dia semata.
Sekarang
mediapun, terutama televisi, berusaha memberitakan pemain-pemain timnas
secara berlebihan. Diundang acara talk show, dibuatkan sinetron
perjalanan hidupnya dan lain-lain. Markus Harison dan Christian Gonzales
adalah dua pemain yang sering muncul di talk show dan acara
infotainment. Sekarang Markus sudah tidak dipakai lagi di timnas, coba
siapa yang peduli? So, mari kita kawal pemain timnas dari media yang
“meracuni”.
Ini
adalah musuh ketika seorang pemain sudah mulai banyak disebut publik.
Produk sosis anu yang paling cepat dan sering memakai pemain timnas
untuk mempromosikan produk mereka. Mungkin sebentar lagi Wanggai dan
Tibo sudah muncul di TV sambil makan sosis tersebut. Korban nyata dari
‘kejamnya’ dunia periklanan adalah Irfan Bachdim. Ia sering muncul di TV
mempromosikan produk minuman dan sepeda motor. Mungkin karena
tampangnya yang baby face dia lebih disukai oleh advertising agent untuk
menjadi aktor iklan. Nah, karena keenakan shooting iklan produk
tertentu dia dicoret dari timnas junior. Padahal publik masih ingin
melihat dia menggoreng bola. Yah, itu konsekuensi yang harus dia ambil.
Tapi sangat disayangkan pemain yang punya talenta bagus dan diharap
publik fokus di bola sekarang harus jadi penonton.
Rumah
produksi terutama milik keluarga punjabi paling getol memakai orang
yang menjadi pembicaraan umum untuk dijadikan aktor bintang tamu. Tak
peduli apakah dia bisa berakting atau tidak. Gonzales yang sama sekali
tidak bisa berakting sering muncul di sinetron Islam KTP. Aneh, cerita
gak nyambung dipaksakan hanya karena dia itu sedang dielu-elukan ketika
itu. Jadi jauhkan para pemain timnas junior dari Punjabi cs.
Posted in:
0 komentar:
Posting Komentar